Antara Badar dan Uhud


Mendengar berita rencana kedatangan kafilah dagang kaum Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan, Rasulullah langsung mengajak kaum muslimin, dibawah komando beliau, untuk mencegat dan merampas kafilah tersebut. Ini sebagai ganti atas kekayaan yang dirampas oleh sebagian kaum Musyrikin Mekkah.
Di tengah perjalanan menuju Mekkah, Abu Sufyan mendengar bahwa kafilah akan dihadang oleh kaum muslimin. Karena itu diutuslah seorang kurir untuk menyampaikan berita kepada kepada kaum Quraisy dan meminta pasukan untuk menyelamatkan harta kekayaan mereka. Setelah mendengar berita ini, seluruh kaum Quraisy bersiap diri  untuk berangkat perang dengan kaum muslimin.
Setelah mendengar berita keberangkatan kaum Quraisy, Rasulullah segera meminta pandangan dari para sahabatnya. Al-Miqdad bin Amr yang dengan tegas menyatakan, “Ya Rasulullah, katakanlah apa yang diperintahkan Allah kepada anda. Kami tetap bersama anda...” kemudian Rasulullah berkata, “Kemukakanlah padangan kalian kepadaku, wahai manusia.” Sa’ad bin Mu’az menjawab, “Demi Allah, tampaknya anda menghendaki sikap kami, wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Benar!” Sa’ad berkata, “Kami telah beriman kepada anda dan kami pun membenarkan kenabian dan kerasulan Anda. Kami telah menjadi saksi bahwa apa yang telah anda bawa adalah benar. Atas dasar itu, kami tetap bersama anda. Demi Allah, seandainya Anda menghadapi lautan dan anda terjun ke dalamnya, kami pasti akan terjun bersama anda...”

Setelah itu, Rasulullah mulai mencari berita tentang pasukan Quraisy melalui para “intel” yang disebarkannya sehingga kaum muslimin mengetahui jumlah dan kondisi dari pasukan musuh.
Sebenarnya Abu Sufyan telah mengirim seorang kurir ke Makkah, memberitahukan bahwa kafilahnya telah selamat. Akan tetapi, Abu Jahal tetap bersikeras untuk melanjutkan perjalanan sembari mengatakan, “Demi Allah,  kami tidak akan pulang sebelum tiba di Badar. Disana, kami akan tinggal selama tiga hari, memotong ternak, makan beramai-ramai, dan minum arak sambil menyaksikan perempuan-perempuan yang menyanyikan lagu-lagu hiburan. Biarkanlah seluruh orang arab mendengar tentang perjalanan kita semua dan biarkanlah mereka tetap gentar kepada kita selama-lamanya.”
Mereka kemudian bergerak sampai tiba di pinggir seberang lembah Badar, sedangkan Rasulullah telah tiba dipinggir lembah seberang lain dengan posisi hampir berhadapan dengan lawan, dekat mata air Badar. Habbab bin Munzir bertanya kepada Nabi, “Ya Rasulullah, apakah dalam memilih tempat ini karena Anda menerima wahyu dari Allah yang tidak dapat diubah lagi? Ataukah berdasarkan tipu muslihat peperangan?” Rasulullah menjawab, “Tempat ini kupilih berdasarkan pendapat dan tipu muslihat peperangan.” Al-Habbab mengusulkan, “Ya Rasulullah, jika demikian, ini bukan tempat yang tepat. Ajaklah pasukan ke tempat air yang terdekat dengan musuh. Kita membuat kubu pertahanan disana dan menggali sumur-sumur di belakangnya. Kita membuat kubangan dan kita isi dengan air hingga penuh. Dengan demikian, kita akan berperang dalam keadaan mempunyai persediaan air minum yang cukup, sedangkan musuh tidak akan memperoleh air minum.” Rasulullah menjawab, “Pendapatmu sungguh baik.” Rasulullah kemudian bergerak dan pidah ke tempat yang diusulkan oleh Al-Habbab.
Disamping itu, Sa’ad bin Mu’adz mengusulkan supaya dibuatkan kemah untuk Nabi sebagai tempat perlindungan, dengan harapan, supaya bila ada sesuatu dan hal yang diharapkan terjadi pada Nabi sehingga Nabi dengan mudah dapat kembali dan selamat kepada kaum muslimin di Madinah dan juga agar tidak lemah semangat karena ketidakberadaan Nabi diantara mereka.
Selanjutnya dengan khusyuk Nabi memanjatkan do’a kepada Allah, “Ya Allah, inilah kaum Quraisy yang datang dengan segala kecongkakan dan kesombongan untuk memerangi Engkau dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, tunaikanlah janji kemenangan yang telah Engkau berikan kepadaku. Ya Allah, kalahkanlah mereka esok hari...”
Beliau terus memanjatkan do’a kepada Allah dengan merendahkan diri dan khusyuk seraya menengadahkan kedua kelapak tangan ke langit. Karena merasa iba, Abu bakar berusaha menenangkan hati Nabi dan berkata kepadanya, “Ya Rasul Allah, demi diriku yang berada di tangan-Nya. Bergembiralah! Sesunguhnya, Allah pasti akan memenuhi janji yang telah diberikan-Nya kepadamu.”
Pada hari esoknya, mulailah pertempuran antara kaum musyrikin dengan kaum muslimin. Untuk memulai peperangan ini, Rasulullah mengambil sengenggam kerikil kemudian dilemparkannya kearah kaum Quraisy seraya berkata, “Hancurlah wajah-wajah mereka.” Selain itu, Allah juga mengirim bala bantuan malaikat. Sehingga peperangan ini dimenangkan oleh kaum muslimin.

Pasukan muslimin di Badar telah memperoleh kemenangan yang sempurna, dalam naungan situasi kondisi tempat berlangsungnya perang didalamnya yang tercium aroma mukjizat. Melalui tangan mereka (kaum muslimin), Allah membunuh pemimpin-pemimpin kekafiran dan gembong-gembongnya dari kalangan Quraisy. Karena itulah, setelah tewasnya tetua-tetuanya di Badar, pemimpin quraisy, Abu sufyan, mengorbarkan kebencian terhadap umat Islam untuk membalas dendam. Kafilah dagang yang membawa barang-barang dagangan kaum Quraisy berhasil selamat dan tidak jatuh ke tangan kaum muslimin. Maka, kaum musyrik sepakat untuk memanfaatkan harta benda tersebut untuk menyerang umat Islam.
Abu Sufyan mengumpulkan kaum quraisy dan sekutunya. Lalu ia bersama-sama meninggalkan Mekkah. Lalu Abu Sufyan memimpin mereka berjalan ke arah Madinah, dan singgah di tempat yang tidak jauh dari gunung Uhud.
Rasulullah meminta pendapat sahabat-sahabatnya, “Apakah perlu keluar untuk menghadapi mereka ataukah cukup dengan menantinya di Madinah?” Pendapat beliau sendiri adalah tidak keluar dari Madinah dan berlindung di dalamnya. Bila mereka telah menyerang masuk, mereka akan diserang oleh kaum pria di pintu-pintu gang dan kaum wanitanya dari atas loteng. Namun, sekelompok sahabat –yang kebanyakan terdiri kaum muda –segera menyanggah dan mengusulkan keluar. Mereka terus-menerus mengusulkannya sehingga tampak bahwa inilah pendapat yang benar di kalangan umat Islam.
Rasulullah bangkit dan masuk ke rumahnya, lalu mengenakan baju besi dan keluar menemui mereka ketika tekad orang-orang itu telah melemah. Mereka berseru, “Kita telah memaksa Rasulullah keluar!”
“Wahai Rasulullah, jika Anda lebih suka tinggal di Madinah lakukanlah...” lalu Nabi menjawab, “Jika seorang Nabi telah memakai baju besinya, tidak pantas baginya untuk menanggalkannya kembali hingga Allah memberi keputusan untuk dirinya dan musuhnya!”
Dengan kalimat ini, beliau memberi pelajaran kenabian yang tinggi, musyawarah punya waktunya tersendiri hingga tiba ketika ia telah selesai, tiba waktunya untuk membulatkan tekad, melaksanakan, dan bertawakkal kepada Allah. Ketika itu, tidak ada lagi waktu untuk ragu-ragu, mengulang kembali musyawarah atau membanding-bandingkan ragam pendapat. Seluruh urusan mesti berjalan menuju tujuan-tujuannya dan sesudah itu biarkanlah Allah melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya.
Ketika sampai di tempat antara Madinah dan Uhud, gembong orang munafik membelot sebanyak sepertiga pasukan dengan mengatakan, “Ia (Rasulullah) menentangku (Abdullah bin Ubay) dan menuruti anak-anak muda!”
Sekelompok orang Anshor meminta Rasulullah untuk meminta bantuan sekutu-sekutunya dari kalangan orang-orang Yahudi. Namun, beliau menolak! Sebab, peperangan ini adalah peperangan keimanan melawan kekafiran! Sehingga, untuk melibatkan orang Yahudi dan pertolongan datangnya dari Allah. Ketika tawakkal telah tulus hanya kepada-Nya dan tatkala hati telah terfokus hanya kepada-Nya.
Keesokan harinya, Rasulullah memerintahkan tim pemanah untuk naik ke atas bukit Uhud untuk menyambar kaum kafir dengan anak panah dan juga beliau memerintahkan untuk tetap jaga pertahanan di bukit tersebut walau apapun yang terjadi. Rasulullah mengencangkan baju besinya untuk menghadapi mereka yang sudah berada didepan kaum muslimin. Ketika itulah terjadi peperangan yang sangat berkecamuk antara kaum muslimin dengan kaum Musyrikin.
Kemenangan awalnya berpihak kepada pasukan Islam. Musuh-musuh Allah menderita kekalahan dan melarikan diri tunggang-langgang melarikan diri!
Tatkala pasukan pemanah menyaksikan kekalahan pasukan musyrik dan kekocar-kacirannya, mereka meninggalkan tempat persembunyian mereka yang diperintahkan Rasulullah untuk tidak mereka tinggalkan. Mereka berseru, “Rampasan perang! Rampasan perang!” komandan mereka mengingatkan mereka akan pesan Rasulullah, namun mereka tidak mendengar. Mereka menyangka pasukan musyrik tidak akan kembali, Maka mereka bergegas pergi untuk memunguti rampasan perang dan meninggalkan pos yang telah diperintahkan kepada mereka.
Saat itulah Khalid bin Walid melihatnya! Ia langsung berbalik bersama pasukan berkuda kaum musyrik karena mendapatkan celah pada pasukan Islam yang meninggalkan pos pertempuran. Kemudian, prajurit-prajurit musyrik yang kalah pun kembali ketika mereka melihat khalid dan para prajurit berkuda telah membelakangi pasukan Islam. Mereka mengepungnya!
Kondisi perang berbalik, kini kekalahan menimpa pasukan muslimin. Kekacauan terjadi di barisan Islam, keruwetan, dan ketakutan menguasai mereka karena keterkejutan akibat serangan tiba-tiba yang tidak pernah disangka oleh siapa pun. Dari kalangan pasukan Islam gugur orang-orang yang ditakdirkan Allah akan gugur sebagai syahid.
Pasukan musyrik merangsek mendekati Rasulullah ketika beliau tengah sendirian dan tidak dikelilingi kecuali oleh beberapa orang yang bisa dihitung dengan jari. Orang yang sedikit ini bertempur mati-matian untuk melindunginya hingga mereka mati terbunuh. Wajah beliau terluka, gigi kanan bagian bawah patah, dan pelindung kepala Rasulullah jatuh. kemudian Rasulullah masuk kedalam lubang yang dibuat oleh Abu Amir si fasik.
Ditengah-tengah ketakutan yang meliputi pasukan Islam ini, tiba-tiba seseorang berseru, “Muhammad telah tewas! Muhammad telah tewas!” Seruan ini laksana bencana besar yang menghabisi kekuatan pasukan muslimin yang masih tersisa. Mereka berlarian meninggalkan medan peperangan dengan menderita kekelahan yang sangat memilukan. Mereka sedikitpun tidak berusaha untuk memberikan perlawanan karena keputusasaan dan ketakutan yang mengangkanginya.
Tatkala semua orang telah kalah, Anas bin Nadhr belum kalah! Ia pergi menemui Umar bin Khattab dan Thalhah bin Ubaydah yang tengah berkumpul bersama beberapa tokoh kaum Anshor dan Muhajirin mereka tengah berdiam diri.
Ia menanyai mereka, “Sebab apa yang membuat kalian berdiam diri?!” Mereka menjawab, “Terbunuhnya Rasul.” Anas lalu mengatakan, “Lalu apa yang akan kalian perbuat dengan hidup sepeninggal beliau?! Bangkit dan matilah demi apa yang telah membuat Rasulullah gugur!” kemudia ia bergegas pergi memerangi pasukan musyrik.
Rasulullah berjalan ke arah pasukan Islam. Orang pertama yang menyaksikan Rasulullah adalah Ka’ab bin Malik. Ia berteriak sekeras-kerasnya, “Pasukan Islam, bergembiralah! Rasulullah datang!” Beliau memberi isyarat dengan tangannya agar diam. Lalu pasukan Islam mengerumuni beliau dan bangkit menuju bukit.
Setelah perang berakhir, pasukan musyrik pulang. Pasukan Islam mengira bahwa pasukan musyrik akan pergi ke Madinah untuk menawan kaum wanita dan merampok harta benda. Hal tersebut terasa berat bagi mereka. Karena itu, Nabi berkata kepada Ali bin Abu Tahlib, “Buntutilah mereka dan lihatlah apa yang akan mereka lakukan dan inginkan! Jika mereka menuntun kuda dan menaiki unta, maka mereka pulang ke Mekkah. Sebaliknya, jika mereka menuntun unta dan menaiki kuda, maka mereka pergi ke Madinah. Demi Dzat yang jiwaku ada ditangan-Nya, jika mereka pergi ke Madinah, sungguh aku akan pergi menghadang mereka lalu menghabisi mereka disana!”
Ali menuturkan, “Aku pun membuntuti mereka melihat apa yang mereka perbuat. Ternyata, mereka menuntun kuda, menaiki unta, dan menuju ke Mekkah.
Ketika ditengah jalan, pasukan musyrik saling menyalahkan. Sebagian mereka berkata, “Kalian tidak melakukan apa-apa, kalian telah berhasil mengalahkan mereka secara total, lalu kalian membiarkan mereka tetap punya pemimpin yang akan menghimpun kekuatan mereka kembali untuk melawan kalian. Kembalilah untuk menghabisi mereka hingga ke akar-akarnya!” Pembicaraan itu diketahui oleh Rasulullah, beliau mengumpulkan pasukan Islam dan menyuruh mereka untuk menghadapi musuh mereka.
Maklumat Rasulullah untuk mereka, “Dilarang ikut berperang bersama kami kecuali orang yang pernah ikut berperang!”
“Aku boleh ikut dengan anda?” Tanya Abdullah bin Ubay kepada Rasulullah
“Tidak!” Tegas Rasulullah
Pasukan Islam lansung merespon seruan Rasulullah itu walaupun masih sangat terasa luka dan rasa takut yang mereka derita. Mereka serentak menjawab, “Siap dan laksanakan!”
Rasulullah bersama pasukan Islam berangkat hingga tiba di Hamra Asad, Ma’had bin Abu Ma’bad Al-Khuza’i datang menemui Rasulullah, beliau menyuruhnya menyusul Abu Sufyan untuk mengendorkan semangat pasukan musyrik. Ma’had berhasil menyusulnya di Rauha, ketika itu Abu Sufyan belum mengetahui keislamannya.
“Ma’bad, berita apa yang kamu bawa?” Tanya Abu Sufyan
“Muhammad dan sahabatnya telah bergerak untuk memerangi kalian, mereka berangkat dalam jumlah yang belum pernah kalian saksikan tandingannya. Sahabatnya yang tidak ikut dalam perang Uhud telah menyesali ketertinggalan mereka.” Hasut Ma’bad
“Apa katamu?!” Tanya Abu Sufyan kaget
“Menurutku, kalian harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini sebelum mereka menyerang dari balik bukit ini!” Tipu Ma’bad
“Demi Allah, seseungguhya kami telah sepakat untuk menyerang mereka lagi, kami ingin menghabisi mereka sampai ke akar-akrnya!” Jawab Abu Sufyan
“Jangan teruskan! Sungguh aku hanya menginginkan kebaikan kaian!” jawab Ma’bad
Abu Sufyan bertemu dengan orang musyrik yang akan pergi ke Madinah. Ia berkata, “Maukan kamu menyampaikan suatu pesan kepada Muhammad, kami akan memberi makan anggur kering kepada tungganganmu jika kami kembali ke Mekkah.”
“Tentu!” jawab orang itu
“Sampaikan kepada Muhammad bahwa kami telah mempersiapkan serangan untuk mengahabisinya dan juga sahabat-sahabatnya.”
Ketika pasukan Islam mendengar perkataan itu mereka berseru, “Hasbunallah wa ni’mal wakil (Cukuplah Allah bagi kami dan Dia adalah sebaik-baik pelindung).” Berita itu tidak melemahkan semangat mereka. Mereka tetap berada di tempat mereka menanti. Kemudian, mereka mengetahui bahwa pasukan musyrik telah semakin menjauh berjalan menuju ke arah Mekkah. Maka, pasukan Islam pun kebali ke Madinah.

0 komentar:

Posting Komentar