Jujur Dengan Dakwah

dakwatuna.com – Ash-shidq (kejujuran) merupakan “Faridhah Diniyyah” satu kewajiban agama yang berlaku dalam semua bidang kehidupan dan dalam semua keadaan. Baik dalam konteks kehidupan pribadi maupun kehidupan berjamaah. Karena kejujuran menunjukkan keikhlasan seseorang yang tertinggi dalam beramal. Bahkan kekuatan suatu ucapan atau tindakan justru ditentukan oleh kejujurannya. Ketika orang-orang munafik mengatakan tentang Rasulullah dan secara lahir ucapan itu benar “Kami bersaksi bahwa engkau (Muhammad) adalah utusan Allah”, namun Allah tetap membantah dan mencap mereka sebagai para pendusta karena kebenaran ucapan mereka hanya sebatas di lisan, tidak disertai dengan kebenaran hati. “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta”. (Al-Munafiqun: 1)

CINTA MONYET


Di belahan bumi utara, terdapat sebuah pulau yang dihuni oleh para monyet berperadaban tinggi. Di pulau ini, monyet-monyet sudah pergi ke sekolah.
Dari semua monyet, hiduplah seekor monyet yang berpenampilan sederhana. Monyet tersebut bernama monyet Merah. Ia baru saja lulus dari Sekolah Monyet Pertama (SMP). Merah lulus dengan nilai yang pas-pasan. Untuk nilai makan pisang aja mendapat 6, nilai berkelahi dapat 5 dan nilai manjat pohon 5.5. Merah ingin melanjutkan sekolahnya ke Sekolah Monyet Atas (SMA). Ada tiga buah sekolah monyet yang ada di pulau tersebut. Pertama SMA Teriak-teriak, ini merupakan sekolah unggul. Banyak para monyet yang berkemampuan untuk mendaftar ke sekolah ini. Kedua SMA Manjat dan yang ketiga SMA Cinta Monyet, ini merupakan sekolah baru.

Aduh…….. Lupa


PANASNYA terik matahari tidak membuat lukman menyerah untuk pergi menghadiri acara seminar. Kakinya melangkah dengan pasti, mengangkat dan menapaki setiap langkah menuju ke ruang pertemuan di PKM.

Lukman terhanyut dalam lamunannya saat sedang berjalan menuju PKM, “kenapa setiap perjuangan harus ada pengorbanan? Apakah pengorbanan bisa memberikan hasil yang diharapkan……?!

Didalam lamunannya itu, Ia tersentak seketika karena kakinya tersandung batu.
“Aduh………” , Lukman menyeringis kesakitan, “astaghfirullah, mungkin aku kebanyakan melamun nih….” Lukman kembali kepada kesadaran awalnya untuk segera menuju PKM.

Tips dan Motivasi Ngapalin Qur’an oleh Ustadz Yusuf Mansyur


Zaman ini, sedikit sekali orang-orang yang hafal Al-Quran. Kita bisa melihat, para orang tua lebih resah kalau anaknya tidak bisa matematika atau bahasa Inggris, ketimbang tidak tahu Al-Quran. Padahal, itu adalah keluarga Muslim. Padahal, sebagai orang Islam, kita harus yakin, hanya Al-Quran lah sebagai petunjuk hidup kita.  
Ketika zaman semakin berputar mengikuti arus syahwat manusia, selayaknya lah kita sebagai orang Islam (mungkin) harus mulai kembali menanamkan azam dan niat, tekad dan keinginan untuk mulai menghafal Al-Quran.

petunjuk Allah


“……….Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus".(Al-baqoroh:142)
Allahu akbar, Maha besar Allah dengan segala keagungan-Nya yang memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya walaupun mereka menolak petunjuk Allah. Mereka lebih memilih untuk tetap berada di dalam kegelapan dengan segala keburukan yang ada daripada petunjuk Allah berupa cahaya ilahi yang mengerangi diri mereka dengan cahaya cinta sang pencipta, Allahu robbi wa robbukum.
Tapi masih ada orang-orang yang mau menerima petunjuk Allah, cahaya kehidupan, dan penyejuk jiwa yang gersang. Mereka tahu,”Inilah tujuanku untuk hidup di dunia ini. Menyembah dan mencari ridho Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Mereka hidup di atas petunjuk itu dan akan tetap berada disana. Mereka tak ingin kembali kepada kegelapan yang telah membutakan hati mereka, yang telah menggelamkan diri mereka ke lumpur kehinaan dan kekejian. Mereka selalu memperbaharui iman mereka, menghisab-hisab setiap amal yang mereka lakukan, dan memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang mereka buat.

bunuh diri

Ada sebuah kisah seorang pria yang ingin bunuh diri karena tak tahan dengan kerasnya kehidupan. Ia ingin menambrakkan dirinya ke rel kereta api.
“hidupku penuh dengan cobaan. Aku hanyalah seseorang yang membawa sial bagi orang lain. Aku hanya pecundang seperti sampah yang tak berguna. Ohh…… Tuhan dima keadilan-Mu. Kenapa Kau berikan cobaan yang tak sanggup aku memikulnya. Kenapa Kau lahirkan aku yang tak berguna ini. Apakah kau ingin mempermainkanku dalam hidup ini. Apakah Kau ini mendengarku atau Kau emang tidak ada!!!” ia berteriak di rel kereta api dalam keheningan malam yang tengah menggelamkan dirinya dalam menyalahkan tuhan. Ia berjalan menyusuri rel kereta api sambil menunggu maut yang akan menjemputnya. Dirinya berjalan lemah dalam balutan kesulitan yang menghimpit dirinya. Pikirannya kosong, Ia terus berjalan hingga akhirnya melihat sang penjemput kematian datang menghampirinya. “Inilah waktunya untuk mengakhiri segala penderitaan ini” lalu Ia memejamkan mata dengan pasrah kepada sang penjemput nyawa…………….

Ralph Schoenman: Pembicaraan Damai Hanya Dagangan Yang Sedang Menjual Rakyat Palestina

Israel, seperti diketahui, sepenuhnya mengatur aktivitas permukiman di Tepi Barat yang diduduki. Padahal wilayah itu, menurut perjanjian menjadi areal beku selama sepuluh tahun.
Tak lama setelah membekukan berakhir, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengajak Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas untuk mengadakan pembicaraan damai dengan Tel Aviv. Abbas mengatakan satu-satunya cara untuk melakukan pembicaraan damai adalah dengan melanjutkan pembekuan pembangunan.
Berbagai pertemuan damai digelar. Mulai dari Washington, Mesir, hingga Ramallah. Apa sebenarnya yang terjadi di sana? Untuk membahas masalah ini lebih lanjut, Press TV melakukan wawancara dengan Ralph Schoenman, seorang penulis yang telah menerbitkan buku Hidden History of Zionism (Sejarah Tersembunyi Zionisme).

cinta sahabat kepada Rasullah


Tatkala Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wa Sallam merasa ajalnya sudah dekat, beliau mengumpulkan para sahabat. Kemudian, beliau menyampaikan pidatonya: “Sahabat-sahabatku sekalian! Ajalku mungkin sudah dekat, dan aku ingin menghadap Allah dalam keadaan suci bersih. Mungkin selama bergaul dengan Anda sekalian, ada yang pernah aku pinjam uangnya atau barangnya dan belum aku kembalikan atau belum aku bayar, sekarang ini juga aku minta ditagih. Mungkin ada di antara kalian yang pernah aku sakiti, sekarang ini juga aku minta dihukum qishos (hukuman balasan). Mungkin ada yang pernah aku singgung perasaannya, sekarang ini juga aku minta maaf.”