perjalanan menuju triathlon bagian I


Tak menyangka bahwa gelak tawa dan kelakar kami ketika mendaki gunung talamau dalam sebuah jamuan sarapan pagi di sarasah gunung talamau menghasilkan sebuah ide sederhana tapi berjuta manfaat “bagi semua pecinta olahraga, bagaimana kalau kita mendirikan sebuah komunitas olahraga?”. Ketika ide itu masih dalam wacana berubah menjadi bola salju yang makin besar dan pecah melahirkan komunitas lentera hijrah adventure. Komunitas ini telah ada setahun yang lalu yaitu tahun 2019 tapi ketika itu belum ada acara peresmian dari komunitas ini. Pada hari minggu tanggal 15 desember 2019 diadakanlah kopdar di kota padang panjang yang dihari oleh saya sendiri, perwakilan dari chapter padang, padang panjang, bukittinggi, agam, dan payakumbuh. Rapat ini mulai pada pukul 16.00 wib ketika itu saya juga berada di padang panjang dalam agenda pulang kampung karena daerah asal saya sendiri adalah kota padang panjang. Salah satu unggulan dari kota ini adalah produksi susu sapinya yang terkenal. Kopdar kami di adakan di rumah susu dekat simpang lapan sekaligus ini bertujuan memperkenalkan susu sapi hasil olahan peternak kota padang panjang. Saya datang sedikit telat ke lokasi rapat karena harus menyelesaikan beberapa urusan saya. Ketika sampai dilokasi, disana telah ada para pengurus inti LHA yaitu pak dedi, pak in, bang fauzan, dan kawan-kawan chapter lainnya. Saya memesan segelas capuccino, yaitu kopi yang dicampur dengan susu sapi. Ketika kopi yang saya pesan telah disajikan, saya menyeruput kopi tersebut sambil menikmati perbincangan kawan-kawan pengurus. Dalam rapat kerja LHA ini, diputuskanlah 3 program utama dari LHA yaitu program pening katan kualitas diri, branding, dan launching LHA. Dalam berbagai gagasan tentang launching ini, disepakatilah acaranya berbentuk traithlon (berenang, lari, Sepeda) dan lokasi yang cocok untuk mengadakan acara ini adalah di pesisir selatan karena wilayah ini juga terkenal sebagai andalan wisata provinsi sumatera barat. Para peserta rapat setuju dengan bentuk acara dan lokasi pelaksanaannya. Setelah itu diputuskanlah waktu pelaksanaan traithlon ini pada tanggal 25-26 Januari 2020.
Mataharipun mulai menutup diri dan azan maghribpun berkumandang saling bersahut-sahutan di udara kota padang panjang, rapat kamipun dibreak sejenak untuk melakukan perintah Allah menunaikan kewajiban seorang hamba menghadap sang khaliknya. Disela-sela panggilan ini, kami berjalan melangkahkan kaki sambil bercerita tentang cita-cita akan komunitas ini. Tawa-tawa menjadi selingan ketika menuju mushalla terdekat untuk menunaikan sholat maghrib. Kaki kami melangkah ke mushalla sekolah SMK cendana kota padang panjang. Sayapun membasahi wajah yang lelah dengan air wudhu’, membasuh tangan yang telah kering, menyapu kepala dengan air dinginnya kota padang panjang, dan diakhiri membasuh kaki yang telah melangkah kemana-mana. Semoga wudhu’ ini menjadi penyegar badan kami setelah melakukan aktfivitas dunia. “AllahuAkbar”, sang imam mengangkat kedua tangan sebagai tanda dimulainya solat maghrib, saya dan beberapa kawan-kawan juga mengangkat tangan untuk menghadap, berkomunikasi, dan menyembah Allah akan segala kuasaNya. Solat ini menjadi penyejuk jiwa kami yang lelah, solat menjadi charger jiwa kami yang telah terkuras. Duhai Tuhan kami, Allah, begitu agung akan diriMu dan begitu besar kuasaMu. Kami ini hanyalah makhluk hina yang tercipta dari setetes air mani dari tempat keluarnya najis manusia. Lalu engkau angkat derajat kami karena iman yang telah engkau berikan. Tiada nikmat terbesar kami kecuali nikmat iman ini. “Assalamu’alikum Wa rahmatullah….” Sang imam menoleh ke arah kanan. “Assalamu’alaikum Wa rahmatulla…” lalu imam menolah ke kiri. Setelah melaksanakan solat, kami berzikir dan berdo’a kepada Allah, berdo’a dengan hajat kami masing-masing.
Kamipun melanjutkan rapat yang tertunda sambil menyeruput kopi yang hampir habis. Pada sesi ini menyimpulkan hasil rapat yang dibacakan oleh mas budiono sekaligus notulen rapat dan juga beliau adalah koordinator humas LHA. Ketika dibacakan hasil rapat ini, dengan bismillah didalam hati, rapat ini ditutup dengan tekad akan melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya. Saya melangkah keluar dari kedai kopi, menaikkan standar sepeda motor buntut yang telah berusia 13 tahun. Dengan kaki kiri meng-engkol sepeda motor dan tangan kanan memegang pedal gas, sayapun mulai menghidupkan sepeda motor tua ini. Bruumm… bruuummm… bruuumm… pertanda saya berhasil menghidupkan sepeda motor. Ketika sepeda motor ini telah hidup, saya langsung memakai jaket, menggunakan helm, dan menaiki sepeda motor tua ini bak menaiki kuda troya pasukan spartan, yunani. Saya berpamitan sambil bersalaman kepada kawan-kawan yang lainnya.
Saya menancap gas sehingga menghasilkan irama-irama mesin yang saling bertubrukan menuju kota Payakumbuh pada malam itu juga karena paginya saya harus melaksanakan tugas negara sebagai bagian dari pelayan publik, PNS. Didalam kegelapan malam, saya menerobos setiap jalan yang saya lalui, lampu sepeda motor memudarkan kegelapan yang menyelimuti dan menuntun saya menyusuri jalan-jalan yang saya lalui. Ah malam, kau membutakan mata untuk melihat hamparan jalan dan menyelimuti kendaraan yang lalu lalang.
Sambil mengendarai kuda troya, saya melewati jalanan koto baru terus lurus menuju simpang jambu air lalu berbelok ke kanan yang mana dibelah kanan disimpang tersebut berdiri toko kue yang menjual berbagai aneka kue. Biasanya pada siang hari, polisi sering beridiri didepan toko kue tersebut untuk memantau laju kendaraan yang berasal dari pusat kota, pasaman, riau, dll. Setelah berbelok kekanan, kearah by pass kota bukittinggi, 2 blok toko dari simpang tersebut ada toko obat “apotek mulia” disana ada tanda dilarang parkir kecuali tamu toko dan didepan apotek tersebut, ada toko kelontong yang menjual barang-barang harian. Disamping apotek mulia adalah toko makanan yang mejual berbagai menu olahan ayam seperti ayam penyet, ayam grepek, pecel ayam, dll. Didekat toko makanan itu banyak minibus yang parkir disana untuk menunggu penumpang yang mau pergi ke padang  atau ke lubung basung. Saya melanjutkan perjalan melewati jalur by pass kota bukittinggi. Di jalur by pass ini, saya melewati 675 meter jalan layang yang dimulai dari depan Universitas Muhammadiyah dan berakhir di simpang empat SPBU. Selama melewati jalur by pass kota bukittinggi terlihat dikiri kanan jalan toko-toko grosiran, bengkel, rumah makan, dll. Sepeda motor saya melaju sampai lampu merah simpang empat, sayapun menunggu selama 60 menit hingga lampu berwarna hijau dan saya berbelok ke kanan, arah kota Payakumbuh. Sekitar 300 meter dari simpang empat tersebut ada hotel pusako, hotel tersebut berada disebelah kanan saya, masuk kedalam jalan selebar 3 meter dan mendaki menuju kesana. Hotel pusako juga memiliki resort dengan berbagai fasilitas yang ada. Perjalanan saya ada sekitar 40 km lagi menuju kota Payakumbuh dan jam telah menunjukkan pukul 8.45 wib. Paling cepat, dalam 30 menit saya akan sampai di kota Payakumbuh dengan kisaran kecepatan sepeda motor 60-75 km/jam.
Sesampainya saya dirumah pada pukul 21.30 wib, dengan pelan saya mengetuk pintu rumah sambil mengucapkan salam. Dari dalam rumah terdengar suara lirih istri tercinta saya untuk membukan pintu rumah.
“assalamu’alaikum dinda”
Wa’alaikum salam uda, capek da? Jawab istri saya sambil mengucek mata yang masih mengantuk
“sedikit capek sayang. Uda mau mandi dulu sebelum tidur”.
Uda mau dibuatkan air hangat untuk mandi?
“Nggak usah dinda”, panggilan akrab saya untuk sang istri tercinta. “uda mandi pakai air dingin saja dan juga biar terasa segar kalau mandi pake air dingin”.
“Oh.. oke da...” jawab istri saya ketika saya mengambi handuk yang tersangkut dan langsung menuju kamar mandi.
Saya mengambil air didalam bak mandi yang telah terisi penuh dengan gayung dan mengucurkan air tersebut dari kepala dan menuju keseluruh tubuh saya. Seketika itu, badan saya yang sebelumnya capek karena berkendaraan jauh langsung hilang dibawa oleh air-air yang membasahi tubuh saya. “ah... segarnya...” lirih saya dalam hati. Setelah selesai mandi dan mengganti baju, saya tidur di samping istri lalu mengecup dahinya yang sedang tertidur pulas, melanjutkan tidur yang terpotong tadi. Sebelum tidur saya membaca surat Arrahman karena bagi saya surat ini memiliki makna tersendiri bagi saya. Apalagi ketika saya menghayati setiap arti dari ayat-ayat yang ada dalam surat arrahman tersebut. Saya sebagai hamba yang hina merasa terlalu hina atas begitu banyaknya nikmat yang Allah berikan kepada saya tapi ibadah saya kepadaNya sangatlah tak sebanding, Fabi aiyia laa irobbikuma tukadziban... maka nikmat tuhanmu manakah yang kamu dustakan. Air mata menetes setiap memahami arti surat ini. Ya Allah, jadikanlah saya hamda yang selalu bersyukur atas semua yang Engkau berikan dan jadikanlah saya hamba yang selalu ta’at atas perintahmu. Setelah membaca surat arrahman sampai habis, saya melanjutkan membaca do’a tidur, “Bismika Allahumma Ahya wa Amut..., dengan namaMu ya Allah, saya mati hidup dan mati. Sebelum menutup mata, saya kembali memandangi wajah istri saya yang terlelap,